Pasrah

Kita, di ujung selaksa. ada luka, setia menumpuk di dada, rongga-rongga menahan perih luar biasa. Rahasia hanyalah kata, lebih jauh yang terlewat adalah gaduh, di persembunyian yang teduh, di batas penantian yang tangguh, pada jalur-jalur sepuh. Perapian menyala, membara sekejap binasa, meninggalkan noda, dengan debu menebar dimana-mana. Rintik jatuh, serupa peluh, melapisi tandus yang runtuh, tak tersentuh.

Warta tertuang, kisah terbuang, dalam gersang. Melodi menggema, pelangi menyala. Tapi entah di kehidupan yang mana. Sebab sekarang cukup pada terang nan redup, asal hidup, semua terasa patut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Menunggu Temu

MAAF 2

Sebentar saja