Postingan

Menampilkan postingan dari 2015

'Butuh Judul'

Kadang cinta menempatkan diri pada posisi yang sulit, menuntun raga pada jalan yang berbelit. Tapi cinta tetaplah cinta, meski kadang mesti jatuh pada kesalahan yang sama, dijatuhkan lah hati pada seseorang yang tak seharusnya. Mungkin yang tak membalas cinta, yang sudah punya pilihan lainnya, atau bahkan membalas cinta dengan hinaan saja. Biarkan semua terjadi seperti semestinya, tak perlu memaksa Ia membalas kejatuhcintaan yang sama pula, sah sah saja jika jatuh hati padanya, akan tetapi ia jg berhak mengacuhkan perasaan yang tak diinginkannya. Simpan saja yang ada, lanjutkan hidup yang ada, bahkan boleh tetap mengangankan dirinya. Tapi juga harus tetap menginjakkan kaki pada realita yang ada, bahwa tak mungkin bisa memaksakan kehendak di dada. Sesekali coba tengok ke belakang, betapa ada yang setia menunggu sekalipun sering diabaikan. Lihat ke arah yang berbeda, disana masih berdiri tegap orang lainnya, setia menunggu lelahnya perjuangan yang sia sia. Tetap tabah sek...

Sudah

Aku berusaha untuk tabah  Dengan menyebut hatimu sebagai rumah Meski pada kebenaranya takdir tak selalu ramah  Dengan menamaiku sebatas tempat singgah  Aku belum berperang, Akan tetapi aku sudah kalah  Ku pikir ada sedikit peluang, Namun terkaan itu sangat salah Wahai lelaki gagah Meski singkat tapi aku begitu lelah Wahai lelaki gagah Kini kau tau bahwa aku sangat lemah Wahai lelaki gagah Ini akan berakhir dengan tak indah  Jadi, sudah... Jangan sesali jika akhirnya kita berpisah  Jangan sekalipun buat pipimu basah  karna kita sama-sama tau tak ada lagi celah  Maka, Lewati sudah Lupakan sudah  Sebab semua selesai sudah!!

Kita Dan Terka.

Bergelut dengan doa, berurai air mata Aku yang bukan siapa-siapa, mengharapmu sebagai apa-apa Aku yang tak tau harus bagaimana, akan tetapi bersikeras menginginkanmu selalu ada Kita sebagai terka yang berujung kecewa Kita serupa sandiwara yang berbayang derita Keserahkan seluruhku, Kupasrahkan sepenuh hatiku, Dan apapun yang dapat membahagianmu, Tapi aku hanya pengisi waktu luangmu Sempat diri hilang selera Mengetahui hebatmu yang luar biasa Tentang potongan-potongan cerita Kau ubah semua kebenaran yang ada Tak sempat memutuskan ini salah siapa Kala kebohongan sudah begitu jauhnya Aku yang bodoh dalam memahami kita Ataukah kau yang begitu pandai bersandiwara

Pasrah

Kita, di ujung selaksa. ada luka, setia menumpuk di dada, rongga-rongga menahan perih luar biasa. Rahasia hanyalah kata, lebih jauh yang terlewat adalah gaduh, di persembunyian yang teduh, di batas penantian yang tangguh, pada jalur-jalur sepuh. Perapian menyala, membara sekejap binasa, meninggalkan noda, dengan debu menebar dimana-mana. Rintik jatuh, serupa peluh, melapisi tandus yang runtuh, tak tersentuh. Warta tertuang, kisah terbuang, dalam gersang. Melodi menggema, pelangi menyala. Tapi entah di kehidupan yang mana. Sebab sekarang cukup pada terang nan redup, asal hidup, semua terasa patut.

Sutradara Cinta

Pernah kau kata, kita akan baik-baik saja Pernah kau kata, selamanya kita akan bersama Iya, pernah kau katakan itu semua Pada hujan yang berjatuh di sela pelukan Pada badai yang menerjang ditengah kehangatan Di dingin pagi dan gelap malam Sekedar saja aku adalah persinggahan Merongrong pahit di setiap kerapuhan Diantara kebahagiaan dan kebodohan Didalam tawa dan kemunafikan Kita ciptakan kepalsuan di sepanjang jalan Kita bangun istana dusta sebagai tempat tinggal Ironi memang, Tapi apalah yang bisa aku tentukan Sementara kejujuran tak kunjung kau wartakan Bagian mana yang dapat aku jelaskan Sedang aku hanya menjalankan peran Kau lebih berkuasa Kau penentu alurnya Jadi selain menduga Tugasku hanya 'menerima' ketentuan cerita.

Aku Kalah

Sayang... Kupikir hanya musim cinta yang kali ini datang Nyatanya duka tak luput bertandang Kukira sebatas bahagia yang tertuang Namun pedih juga tumpah berserakan Sayang, Ingin rasanya aku mengulang Pada bait yang bagi kita seolah peluang Pada lembar yang kuterka tentang kebahagiaan Aku sama sekali tidak paham Sampai pada saat semua tak mungkin diteruskan Pada masa segalanya tak bisa lagi kita selesaikan Sebab tak ada lagi yang dapat diperjuangkan Tak sedikitpun untuk kita sisa ruang Jalan memang tak begitu terjal Badai juga tak sehebat perkiraan Tapi sayang, Dalam hidupmu ada yang lebih dulu Di perjalananmu ada yang hadir sebelum aku Aku lelah, meski bagiku ini tak salah Namun biarlah, sudah semestinya aku yang mengalah.

Biarlah

Entah ini duka yang seperti apa Kala luka-lukanya tak sanggup lagi bercerita Entah ini tangis yang bagaimana Saat air mata jatuh begitu derasnya Tanpa suara, Tanpa tanda, Berlinang begitu saja, Mengalir tanpa aba-aba Aku bukan sedang menunjukan penyesalan Hanya udara yang kuhela berubah menyesakkan Aku tidak sedang mempermasalahkan kesalahan Akan tetapi perubahan yang tersaji terlalu mengejutkan Biar, Biarlah peluh ini berlayar Berlabuh dikala rapuh Biar, Biarkan terus berjalan Menempuh getir hingga perbatasan Hingga lupa pada sakit yang tak henti menjalar Maka biar...

Kecewa.

Kularutkan kecewa disecangkir kopi Ku aduk dengan hati penuh kecamuk Mungkin sudah tercampur rata  Tapi sayang aku lupa, Ku angkat keatas tanpa alas Tentu saja panas Lalu gelas pecah Nodapun tumpah Bagaimana bisa kau tawarkan gula Sedang pahitnya melekat di dada Sekarang yang tertinggal hanya hambar Serupa manismu yang berwujud ingkar  Jadi tak perlu lagi kita gelar Luka demi luka yg dengan sengaja tersebar Padahal kita cukup sadar Kita dan cinta tak mungkin lagi di tawar.

Rindu

Ku tulis sejuta kesaksian Bersama sekuncup harap ditengah perjalanan Sebab jarak terlampau jauh Untuk segera kubisikkan rinduku yang utuh Tapi biarlah, Biarkan awan tetap menjatuhkan hujan Biarkan tandus menikmati kebasahan Biarkan, Biar semua merasakan Tentang segala rindu yang rapi kita simpan Nanti, Kita akan memilikki waktu sendiri Seperti pagi berteman mentari Seperti malam bersanding hitam Dan saat ini Aku cukup tersenyum di depan cermin Menguatkan hati untuk trus yakin Tak akan ada satu hal pun yang sanggup membuat rindu kita berpaling.