Postingan

Menampilkan postingan dari Februari, 2014

cemburu

Aku cemburu, Pada kilau cahaya yang menjilatmu dengan mudahnya Aku cemburu, Kala hembus udara memelukmu dengan bebasnya Aku juga cemburu, Pada malam hitam yang mengecupmu dengan lelapnya Cemburuku dimana-mana Cemburuku beringin dengan hebatnya Aku cemburu, Aku cemburu dengan pagi yang senantiasa menyapamu Aku cemburu pada mimpi usang yang semaunya merasuk ditidurmu Sungguh aku cemburu sayang! Ingin kubunuh semua yang dengan seenaknya menyentuhmu Ingin kubinasakan semua yang merebut detikmu dari jangkauku Sebab cemburu, Sebab cemburuku meminta itu Cemburuku memindai akal sehatku Cemburuku mengasai atas segala warasku Dan sebab cemburuku terlalu mencintaimu. S.S

luka

dimalam yg hujan, diujung rintik-rintik kebasahan aroma padu padan menerkam memeluk gelisah teriring salam pada gelap rinainya bersahutan mengerang indah dibuai kegelisahan dibangunkannya puing bahagia meronta-ronta sepotong luka bilamana daun yang gugur adalah cinta lalu bagimana bisa ranting melanjutkan hidupnya atau mungkin cinta baru sudah bertumbuh padanya lupa pada perih n sakit yang pernah ada.

penantian

aku bersama senja yg niurnya meronta berbaris rapi antara doa-doa memanjat harap yang tetesnya berkarat berbaring dalam rindu yang pucat berteman buih-buih kehampaan berkasih penantian serdan dialiran ciutnya nadi tertahan bulir-bulir mesra keangkuhan terkapar, terdampar, tertampar, tersandung liar dan bait-bait tak sempat tergelar.

biar saja

yaa...aku adalah pasir, berdesir tergulung air hingga kering menanti untuk terombang-ambing di detik yang kadang membawaku terasing disatu purnama, setelah senja merona, masih tak ada yang berbeda, tentang makna yang serat terbaca diujung mega-mega menjelma menyeret duka yang hampir binasa menyeruap kelabui mata hingga perih seolah hal biasa maka cinta...biarlah begini adanya :)

Rindu

gelap mulai merayap, mendekap rindu yang sekarat, berteman sepi dan Luka, ku temukan tak da siapa-siapa, berguling diatas tumpukan kenangan berserakan, Tak begitu banyak namun cukup menyesalkan, kembali ku gali, Mimpi-mimpi yang blm sempat terbeli, hampir aku lari dari ini, tapi sosokmu mebelenggu, Bias wajahmu merayu, ku sapu rindu bercampur debu, ku buang bayang yg berceceran, karna cintamu tak bisa lagi kujamu diantara badai nan merdu,

aku dan kamu

Gambar
salahkan aku yang tak hadir lebih dulu salahkan aku yang terlambat bertemu denganmu tapi jangan salahkan jika padamu hati ini ku jatuhkan jangan salahkan tentang segala rindu yang kurasakan sebab jika aku bisa, aku tak kan memilihnya,  memilih rasa yang beberapa orang menganggapnya dosa aku sudah berusaha menyikapi dengan bijaksana tapi apa daya jika ini tentang cinta dan cinta bukan milik kita Tuhan menggariskan kita untuk tidak dijalan yang sama kau sudah denganya maka jangan jdikan aku sebagai pihak ketiga karna aku pasti disalahkan oleh mereka mereka yang tak tau apa-apa mereka yang hanya melihatku sebagai orang ketiga mereka yang menganggapku hina mereka yang akan melihatku dengan rendahnya dan mereka juga yang akan mencaciku tanpa iba karna mereka tak tau yang ku rasa mereka pun tak tau yang kau rasa mereka tak tau apa-apa mereka tak mengerti apapun juga mereka hanya tau kita tanpa mengerti alur yang sebenarnya mereka hanya tau kita tanpa paham cerita ya...

keliru

Gambar
sudah kunyatakan cinta, kuperjuangkan rindu,membunuh ragu dan memulai langkah kecil tuk berusaha menemukanmu. tapi apa balasmu??kenapa mesti kau dustakan jika tak pernah ada yang kau rasakan, aku bukan tak bisa menerima kekalahan, aku hanya belum siap untuk kembali kehilangan. sementara asa terus kau bumbungkan, lalu siapa yang harus disalahkan?. dirimukah sayang, yang mencoba hadirkan bayang tanpa ingat membawanya pulang, ataukah aku, yang terlalu erat memeluk harap hingga lelap. inikah yang dulu kau janjikan, atau ini yang dulu sempat kita rencanakan, belum juga aku paham, tentang sederet luka yang kau hadirkan, tentang sepanjang jalan yang harus ku lewati dengan tangisan, benarkah ini yang kau inginkan? bisakah kita rubah, bisakah kita kembali mencoba perbaiki yang salah, aku lelahh..., aku gundah..., dan aku pasrah..., namun jawab tak juga ku jamah.

kau

Gambar
aku berhenti disini ditengah-tengah rindu yang menari mengemban mimpi di basah hujan sore ini sedang menangisi segala yang terjadi hingga malam menghapus pelangi gambarkan kisah perih menggores hati sendiri menikmati sakit kau hianati belum juga kau mengerti bagaimana bisa denting irama tak lagi senada sementara pemainya masih sama dramanyapun masih mengisahkan tentang kisah luka bagaimana bisa riuh gemuruh kau anggap teduh sementara aku semakin rapuh memelukmu yang kian angkuh bagaimana bisa wahai cinta?? sementara harganya kau tawar dengan dusta

kesalahan

Gambar
Tak terbaca rindu di dingin yang memelukku Tak terdengar panggilmu dari angin yang menerjangku Dimana kamu?? Ketika butir peluh menetes memohon hadirmu Ketika degub jantung meronta beringin pelukmu Malam kian menelan dengan jalang Hitam mencambuk begitu kejam Masih ku coba tau yang kau rasakan Masih ku harap dirimulah yang dihadirkan Tuhan Senyap menjilat, Sepi merayap, Menghajar harap yang tak lagi kuat Menyeret mimpi yang enggan hinggap Belum juga sosokmu tersirat Ataukah semua tak lagi kau ingat?? Tentang kisah yang laknat Tentang cinta yang keparat Atau mungkin harapku yang terlalu bangsat !!

sesal

Gambar
menjunjung akal pada kegilaan yang waras meredam tangis dalam mimpi yang manis merangkai sisa-sisa harap menggali rindu yang mengendap menakar hati menimbang janji hingga bayangpun tak kutemui dalam cinta yang tandus dalam kenangan yang kian aus penantianpun tergerus bagai getah terjarah pada batang-batang pinus kau lupa kau tak ingat sempat kita bersama pernah kita terikat pekat lalu kupeluk kau dimalam yang hangat kini tersudahi kini terlukai terkulai tanpa arti.

entah

tersirat ragu diantara dinding-dinding yang bisu, teraba merdu lewat angin yang berseteru, dalam benak rindu kujamu, dalam harap cinta kupadu, demi bisa merayumu, demi balas terucap olehmu, langit malam kian menghitam, merobek sisa-sisa lamunan, adakah butiran kristal yang kau inginkan? sementra sudut-sudutnya tak mampu lagi terteteskan, disini yang setia hanya warna merah, mengalir menghimpit amarah, di tiap-tiap nadi yang basah, membujuk api disetiap celah.